Teori Ketergantungan
(Dependensia)
Teori dependensia
lahir dari kondisi pembangunan dinegara-negara dunia ketiga (negara sedang
berkembang) termasuk Indonesia. Menurut Bjon Hettne pendekatan “ketergantungan”
(dependencia) menjadi bagian dari
orientasi strukturalistik umum dalam teori pembangunan yang juga dipelopori
oleh beberapa ahli ekonomi pembangunan di dunia pertama.[1]
Pendapat lain
mengenai teori ketergantungan juga diungkapkan oleh Andre Gunder Frank , yang
oleh Arief Budiman dalam bukunya
Teori Pembangunan Dunia Ketiga dikategorikan kedalam Teori Ketergantungan
Klasik. Frank pada intinya menyebutkan Teori Dependensia merupakan sebuah
pembangunan keterbelakangan, dalam bukunya yang sangat berpengaruh, Capitalism and Underdevelopment in Latin
America, Frank mengatakan: “Saya percaya, bersama Paul Baran, bahwa
kapitalisme, baik yang global maupun yang nasional, adalah faktor yang telah
menghasilkan keterbelakangan dimasa lalu dan yang terus mengembangkan
keterbelakngan dimasa sekarang”.[2]
Dalam teori
dependensia sangat menonjol sifat ketergantungan dari negara berkembang
terhadap negara maju untuk membantu pembangunan dalam negerinya. Lebih lanjut,
Frank dalam teorinya mengembangkan tentang konsep negara pusat dan negara
pinggiran, yang disebutnya sebagai negara metropolis dan negara satelit. Dalam
hal ini Frank menkonsentrasikan kepada arah mengenai aspek politik dari
hubungan yang ada, yakni hubungan politis (dan ekonomi) antara modal asing
dengan klas-klas yamg berkuasa dinegara-negara satelit.
Pada teori Frank
jelas ada tiga komponen utama: (1) modal asing, (2) pemerintah lokal di negara-negara
satelit, dan (3) kaum borjuasinya. Pembangunan hanya terjadi dikalangan mereka.
Sedangkan rakyat banyak, yang menjadi tenaga upahan, dirugikan. Maka ciri-ciri
perkembangan kapitalisme satelit adalah: (1) kehidupan ekonomi yang tergantung,
(2) terjadinya kerjasama antara modal asing dengan klas-klas yang berkuasa di negara-negara
satelit, yakni para pejabat pemerintah, klas tuan tanah dan pedagang, dan (3)
terjadinya ketimpangan antara yang kaya (klas yang dominan yang melakukan
eksploitasi) dan yang miskin (rakyat jelata yang dieksploitir) di negara-negara
satelit.[3]
Mochtar Mas,oed
dalam bukunya Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi menyimpulkan
bahwa inti dari teori dependensia bisa diringkas sebagai berikut: Penetrasi
asing dan ketergantungan eksternal menyebabkan timbulnya distorsi besar-besaran
dalam struktur ekonomi “pinggiran” (periphery),
yang pada gilirannya menimbulkan konflik sosial yang gawat dan akhirnya mendorong
timbulnya penindasan negara terhadap rakyat dimasyarakat yang tergantung itu.[4]
Gambar 1






















|
|
|
|
Sumber: Raymond Duvall, at, all “A Formal Model of Dependencia Theory: Structur
and Measurement”, dalam R Morrit dan
B.Russett (Eds) From National development to Global Community (Allen &
Unwin, 1981), dalam Mochtar Mas’oed Disiplin dan Metodologi hal. 206
[1] Bjon Hettne, Teori Pembangunan dan Tiga Dunia,
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 9
[2] Arief Budiman ,
Teori Pembangunan Dunia Ketiga,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. 65
[4] Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan
Metodologi, Jakarta : LP3ES, 1990, hal. 204
No comments:
Post a Comment